<$BlogRSDURL$>

Sekilas perjalanan mengumpulkan kilau-kilau embun, dari padang-padang tandus, taman-taman kepedihan, rimba-rimba gelap,dan tinggi gunung harapan. Di mana jalan-jalan kususuri meretas belukar, menyibak onak duri, mengejar angin, merepih mimpi selalu ada kilau untuk di catat, di tafsirkan kembali, di beri arti. selamat membaca Titon Rahmawan

Thursday, February 05, 2004

Lanskap Sunyi

Merentang jarak
Antara aku
Dan puncak pepohonan
Tenang danau
Sebatas pandang
Air dan air…
Tanah dan langit
Lanskap sunyi
Antara aku
Dan Engkau

2002

Serupa Elang
: Adrian, lantai tertinggi apartment-mu

bentang kesunyian
pada waktu hilang gerak
meretas arah angin
sembunyi di balik awan
sendiri menyambut ketinggian
memutar roda pandang ke segenap penjuru
dari simpul-simpul jalan
di langit ini
aku berasa serupa elang
mencengkeram langit dengan kakiku
dan waktu berhenti
bersama kepak sayapku

2000

Rumah Hatiku

embun-embun dingin menepi
basah tidurku,
terjaga

mengurai mimpi-mimpi
membungkus tubuhku
dari lamunan pagi,
menggigil

jendela, di luar
semburat cahaya fajar
secercah harap yang terus berpijar

2002

Tuesday, February 03, 2004

Gambar Corat-Coret Anakku
Di Buku Sekolah Minggu


Setiba hujan
Setangkai musim
Seharum mawar
Langit melukis senyummu
Warna cahaya itu
Memenuhi panorama pandangku

Setitik embun
Bernaung di lengkung alismu
Begitu nyaman
Berlama-lama di sana
Asyik berenang
Di bening matamu
Larut

Kekasih
Kudengar gemercik sungai ini
Bisikkan namamu
Sungguh

Lena jiwaku
Tunduk rebah di rerumputan
Haus hasrat
Menadah basah
Rintik hujanmu
Merekah kuncup-kuncup mawarku
Terbuai hangat kasihmu
Lelap tertidur

Jakarta, 2004

Aku Tak Akan Mati Seperti Itu

Apakah aku akan berhenti menjadi manusia
Setelah lewat suatu masa?
Apakah aku akan mati sebagai bangkai
Tanpa nisan tanpa kuburan?

Sedang ingatan penuh rasa getir
Kepedihan yang tersisa
Dari rangkuman harap
Hidup sarat gagasan dan mimpi
Membangun monument atas egoisme diri
Bayang-bayang identitas semu
Dan seluruh kebanggaan yang ada
Semua yang aku punya

Aku tak ingin mati tanpa sebuah nama
Aku tak ingin mati seperti itu
Tak akan!

Setidaknya aku boleh berharap
Seseorang akan sematkan seekor kupu-kupu
Ke atas batu nisanku
Dengan senyum tersungging di bibir

Januari 2004

Aku Tidak Hidup Dari Kematian Orang Lain

Aku tidak hidup dari kematian ayahku
Karena aku tak hendak hidup
Dari kematian orang lain

Adakah secuil remah kebodohan
Dalam sepotong roti kebijaksanaan?

Jiwa membusuk oleh setitik dusta
Kesucian terurai oleh setitik noda

Januari 2004

Kisah ke-2
Kepada Akira

kemana perginya hatimu, merah jambu lukaku?
langkah kakimu tergesa suruki rerumpunan bambu
terakan jejak sangsiku atas rumput beledu

kemanakah perginya hatimu, bunga lukaku?

aku pun berlari mengejarmu
bersama angin menerabas duri-duri
ujung rumput pedih di kaki
menangis dalam diriku

di depan pokok-pokok peach engkau berhenti
simpan rangkaian misteri
dalam pedih senyummu
dari lembayung aura musik senyap
titik-titik hujan seolah melambai
lembut menari gemulai
tanganmu menyambut hujan

pokok-pokok peach berbunga dalam dirimu
sekejap, aku terpaku, termangu
menjelma luka-luka dalam dirimu
hingga batang-batang peach kering
meranggas, terpenggal mimpiku
hanyalah sebuah mimpi yang sedih

2004

Kisah ke-3
Kepada Akira

Kutatap engkau dalam bingkai
Sungai warnamu dan jembatan abu-abu itu
Menghantarku ke sana
Padang-padang gandum
Dan rumah beratap oranye
Sepanjang jalan ironi dan harapan

Gegar cahaya
Derap laju kuda-kuda dan kereta
Anganmu menampar

Begitu sakitkah rasanya melukis cahaya?
Sedang kau telah kehilangan matahari
Untuk kesekian kali

2004

Kisah Penghabisan

Setelah kematian ini
Tak akan ada kisah yang lain lagi
Begitu katamu

Tapi bukankah kematian
Hanyalah sebuah pintu
Menuju keabadian?

2004

Dalam Dukaku Aku Tenggelam

Sampailah tangis segala tiba
Cinta diri terbawa angin
Menerjang karang menderas luka
Pecah kemudi perahu ingin

Badai bergolak di dalam dada
Amuk gelombang melepas lara
Debur ombak hantam menghantam
Meretas harap karam membelam

Dalam dukaku aku tenggelam

2001

Hasrat Hidup Abadi

Begitu banyak kilau cahaya
Di setiap sela ruang pikiran
Untaian merjan menjelma sajak
Dari embun yang membatu

Luruh rasa gugur sayap dedaunan
Dari pohon kristal asaku
Kepak rama-rama dan busur bianglala
Jadi panorama cakrawala khayalku

Kutangkap semua isyarat mimpi
Hujan yang jatuh berderai
Desah hembusan angin
Melahirkan symphony
Musik kekal dalam ingatan

Hingga purnalah seluruh hasrat
Untuk menggapai keabadian

2004

This page is powered by Blogger. Isn't yours?