Links
Archives
Sekilas perjalanan mengumpulkan kilau-kilau embun, dari padang-padang tandus, taman-taman kepedihan, rimba-rimba gelap,dan tinggi gunung harapan. Di mana jalan-jalan kususuri meretas belukar, menyibak onak duri, mengejar angin, merepih mimpi selalu ada kilau untuk di catat, di tafsirkan kembali, di beri arti. selamat membaca Titon Rahmawan
Thursday, March 18, 2004
Suatu Masa Untuk Terus Dikenang
:Buat orang-orang terkasih
Senja telah turun
Kusongsong serpihan mentari di ujung cakrawala
Cahya yang membuka mataku, hangatkan hatiku
Belum pernah kulihat langit seindah ini
Masa lalu dan masa kini
Melebur dalam jingga lazuardi
Detik-detik usia menyentuhku
Kelam malam yang ‘kan menguburku
Tak ada satu yang abadi
Wajah-wajah yang kukenal
Tak ada satu yang kekal
Saat senja ini memberat
Air mataku menitik
Segenap rasa untuk bersyukur
Sepenuh hati berterimakasih
Demikianlah aku tersentuh
Dalam sedikit sisa waktu
Menuturkan seluruh kisah
Untuk kalian yang kukasihi
Januari 2004
Hasrat Palsu Geliat Kupu-Kupu
Padam tawa oleh geliat kupu-kupu
Sederet nama dalam basah mimpiku
Tembok rapuh penuh hasrat palsu
Oleh tebalnya bibir bergincu
Gairah tak kunjung sirna
Dari tingginya tubir hati
Yang mengisi kedalaman pikirku
Nafsu yang terus menggelegak
Mencari jalannya pulang
Nama-nama itu seolah tak ingin dilupa
Merajut mimpi benang laba-laba
Menjerat hati yang kian rapuh
Menanam duri dalam derai gerimis
Mengerat luka demi luka
Yang lama tak juga luruh
Kapankah penantian ini usai
Sedang pisau kemunafikan
makin dalam menghunjam
November 2002
Gerimis Hujan Menulis Dalam Nadiku
: Randurini
Berarak awan menulis dalam nafasku
Bergulir rembulan menulis dalam ucapku
Gerimis hujan menulis dalam nadiku
Angin bicara sepatah kata
Dan melukis kembali gurat wajahku
Riap rambutku terakan makna
Di tiap-tiap helainya
Sajak berlagu dalam nada
Semesta rindu
Merentang hati kembara jauh
Melepas teduh
Genggaman hasrat tangan bumi
Ketat merengkuh diri
Terbang tinggi ke alam mimpi
Sungai kata mendera rasa
Bergolak jiwa yang rindu dendam
Berkecamuk hati yang remuk redam
September 2003
Jangan Tinggal Tanya
Gabak hati gabaklah mata
Ada sangsi di diri
Ada tanya di benak
Akankah aku menjadi kafir
karena menggugat takdir?
Surakarta, 27 Juli 1990
:Buat orang-orang terkasih
Senja telah turun
Kusongsong serpihan mentari di ujung cakrawala
Cahya yang membuka mataku, hangatkan hatiku
Belum pernah kulihat langit seindah ini
Masa lalu dan masa kini
Melebur dalam jingga lazuardi
Detik-detik usia menyentuhku
Kelam malam yang ‘kan menguburku
Tak ada satu yang abadi
Wajah-wajah yang kukenal
Tak ada satu yang kekal
Saat senja ini memberat
Air mataku menitik
Segenap rasa untuk bersyukur
Sepenuh hati berterimakasih
Demikianlah aku tersentuh
Dalam sedikit sisa waktu
Menuturkan seluruh kisah
Untuk kalian yang kukasihi
Januari 2004
Hasrat Palsu Geliat Kupu-Kupu
Padam tawa oleh geliat kupu-kupu
Sederet nama dalam basah mimpiku
Tembok rapuh penuh hasrat palsu
Oleh tebalnya bibir bergincu
Gairah tak kunjung sirna
Dari tingginya tubir hati
Yang mengisi kedalaman pikirku
Nafsu yang terus menggelegak
Mencari jalannya pulang
Nama-nama itu seolah tak ingin dilupa
Merajut mimpi benang laba-laba
Menjerat hati yang kian rapuh
Menanam duri dalam derai gerimis
Mengerat luka demi luka
Yang lama tak juga luruh
Kapankah penantian ini usai
Sedang pisau kemunafikan
makin dalam menghunjam
November 2002
Gerimis Hujan Menulis Dalam Nadiku
: Randurini
Berarak awan menulis dalam nafasku
Bergulir rembulan menulis dalam ucapku
Gerimis hujan menulis dalam nadiku
Angin bicara sepatah kata
Dan melukis kembali gurat wajahku
Riap rambutku terakan makna
Di tiap-tiap helainya
Sajak berlagu dalam nada
Semesta rindu
Merentang hati kembara jauh
Melepas teduh
Genggaman hasrat tangan bumi
Ketat merengkuh diri
Terbang tinggi ke alam mimpi
Sungai kata mendera rasa
Bergolak jiwa yang rindu dendam
Berkecamuk hati yang remuk redam
September 2003
Jangan Tinggal Tanya
Gabak hati gabaklah mata
Ada sangsi di diri
Ada tanya di benak
Akankah aku menjadi kafir
karena menggugat takdir?
Surakarta, 27 Juli 1990
Haruskah Kubenci Orang Cina Karena Laparku?
: Pdt. Jarot Wijanarko
masih harus kuburu seekor tokek
merayap di dinding gedek gubukku
buat mengganjal gigitan lapar
tapi tokek berlari sambil keras berbunyi
tokek…tokek
suara tokek sinis mengejek
sengal napasku pendek karena bengek
tokek…tokek
pedih hasrat lambung yang lengket
dan perut buncit karena cacingan
tokek…tokek
makin nyaring tokek berbunyi
gerumuti kurap di kaki
runyap minta digaruk
tokek…tokek
dan tokek gegas berlari
sembunyi selamatkan diri
buyarkan hasrat mengganjal lapar
perut melilit makin menggigit
tokek…tokek
terbayang nikmat roti putih berisi
daging bertabur keju di toko Cina
sepulang ngamen siang tadi
tapi tolong apa dayaku
kantong melompong tiada hasil
liur meleleh mata melotot serupa tokek
hasrat membeku di jantung harap
dan tangan dekilku menodai etalase toko
tokek…tokek
melotot mata si engkoh, taoke pemilik toko
menghardikku dengan sumpah serapah:
dasal tokek sialan tak tahu diuntung
pigi kau dari tokoku!
tokek…tokek
tokek berlari
tokek sembunyi
meninggalkan lapar melilit
mencabik lambungku
haruskah kubenci orang Cina
karena laparku?
Kuningan, Maret 2004
Buah Yang Manis
:Agustinus Wahyono
sudah tiba saatnyakah bagiku untuk pergi?
manakala aku berasa sendiri saja
dimakan sepi?
apakah harus kutolak
cawan yang disodorkan ke tanganku?
sekalipun mungkin cawan itu penuh racun kepahitan
menunggu saat yang tepat untuk beranjak
dari pembaringan yang begitu nyaman
menyimpan penat dan keluh kesahku
seperti kulit kenari yang pecah
dan memperlihatkan semua biji-bijinya
aku bukanlah benih yang hampa
tapi kematian bukanlah sebuah perayaan sepi
karena aku ingin kematian yang sempurna
dalam buah-buah roh yang layak dituai
dari benih-benih yang aku tabur
atau biar ku mati sebagai seorang pejuang
ditengah ganasnya pertempuran
karena aku bukanlah seorang pengecut
seperti buah-buah kesemek
terikat di ranting tertinggi
menunggu jatuh
dan busuk di makan ulat
aku ingin orang mengecap manis buahku
dan aku akan pergi dengan sukacita
2004
: Pdt. Jarot Wijanarko
masih harus kuburu seekor tokek
merayap di dinding gedek gubukku
buat mengganjal gigitan lapar
tapi tokek berlari sambil keras berbunyi
tokek…tokek
suara tokek sinis mengejek
sengal napasku pendek karena bengek
tokek…tokek
pedih hasrat lambung yang lengket
dan perut buncit karena cacingan
tokek…tokek
makin nyaring tokek berbunyi
gerumuti kurap di kaki
runyap minta digaruk
tokek…tokek
dan tokek gegas berlari
sembunyi selamatkan diri
buyarkan hasrat mengganjal lapar
perut melilit makin menggigit
tokek…tokek
terbayang nikmat roti putih berisi
daging bertabur keju di toko Cina
sepulang ngamen siang tadi
tapi tolong apa dayaku
kantong melompong tiada hasil
liur meleleh mata melotot serupa tokek
hasrat membeku di jantung harap
dan tangan dekilku menodai etalase toko
tokek…tokek
melotot mata si engkoh, taoke pemilik toko
menghardikku dengan sumpah serapah:
dasal tokek sialan tak tahu diuntung
pigi kau dari tokoku!
tokek…tokek
tokek berlari
tokek sembunyi
meninggalkan lapar melilit
mencabik lambungku
haruskah kubenci orang Cina
karena laparku?
Kuningan, Maret 2004
Buah Yang Manis
:Agustinus Wahyono
sudah tiba saatnyakah bagiku untuk pergi?
manakala aku berasa sendiri saja
dimakan sepi?
apakah harus kutolak
cawan yang disodorkan ke tanganku?
sekalipun mungkin cawan itu penuh racun kepahitan
menunggu saat yang tepat untuk beranjak
dari pembaringan yang begitu nyaman
menyimpan penat dan keluh kesahku
seperti kulit kenari yang pecah
dan memperlihatkan semua biji-bijinya
aku bukanlah benih yang hampa
tapi kematian bukanlah sebuah perayaan sepi
karena aku ingin kematian yang sempurna
dalam buah-buah roh yang layak dituai
dari benih-benih yang aku tabur
atau biar ku mati sebagai seorang pejuang
ditengah ganasnya pertempuran
karena aku bukanlah seorang pengecut
seperti buah-buah kesemek
terikat di ranting tertinggi
menunggu jatuh
dan busuk di makan ulat
aku ingin orang mengecap manis buahku
dan aku akan pergi dengan sukacita
2004