<$BlogRSDURL$>

Sekilas perjalanan mengumpulkan kilau-kilau embun, dari padang-padang tandus, taman-taman kepedihan, rimba-rimba gelap,dan tinggi gunung harapan. Di mana jalan-jalan kususuri meretas belukar, menyibak onak duri, mengejar angin, merepih mimpi selalu ada kilau untuk di catat, di tafsirkan kembali, di beri arti. selamat membaca Titon Rahmawan

Friday, March 26, 2004

Berjalan Ke Padang Mahsyar

nyaring denting resahku dari mimpi yang terkubur di pembaringan
hasrat berontak dari tikaman tombak yang menohok ulu hati
kurasakan nyerinya jauh di dada
membawa angan pergi kembara menghitung hari-hari sangsi
maut di pelupuk mata menyimpan gundah
menunggu waktu datang menjemput

apa yang kutahu dari risalah nasibku, selain gurat-gurat kecemasan?
tawa bocah kecilku jadi sumbang, bening mata gadisku jadi gamang
langit lengang membayang remang malam datang bergayut

sejenak tafakur di dalam sunyi melafal untaian mutiara doa
seluruh gugusan mata hati mencoba menepis selimut kabut
dari sumber Maha Cahaya

cukup jauh aku berjalan hingga purna segala hasrat
tapi di depan gerbang segala resah jadi menanti
waktu bergulir seperti pasir yang luruh ke padang Mahsyar
sedang daging masih lekat melekat seluruh harkat diri yang fana

2004
Jeruji

jeruji itu telah jadi jarak yang mengungkung hasratku mencium rembulan
dinding-dinding lapuk berlumut jadi petaka yang memenjara jiwa
karena telah aku kukuhkan rembulan di matamu
jadi satu-satunya mutiara di lautan malamku
tapi mengapa jiwa ini begitu gersang rindukan gemercik aliran sungaimu?
dalam deraan letih aku coba terus berjalan menelusuri padang kerontang ini
menepis debu demi debu, lengking tawa dan cemoohan hyena
yang menghujat pertalian takdir di antara kita

apa yang menghalangiku dari kematian? selain balutan gerimis
yang senantiasa menitik di sudut-sudut matamu?
memaksaku mengarungi malam demi malam dalam amukan badai
dan gemuruh kilat tak henti-henti memukuli dinding hati
tapi masih juga tak kutemukan pintu
untuk menyelami mimpimu, pedih dan risaumu dan sejuta angan
yang membuat ingatanmu pergi

jeruji itu telah jadi jarak yang memasung rusuh awan
dan setitik cahaya dalam genangan kepiluan

jadi, salahkah aku karena mencintai kepedihan?

Jakarta, Maret 2004

Aku Laki-Laki
Dan Engkau Perempuan


aku laki-laki tertegun
seperti matahari yang asyik
bermain kelamin sendiri
dengan jemari kanak-kanak
angan terbang bersama burung pertama kali
serupa elang atau rajawali suatu ketika nanti

engkau perempuan tersipu
serupa rembulan sembunyi
di balik belahan dada sendiri
dengan jemari kanak-kanak
mimpi terbang bersama pita warna-warni
serupa pelangi selepas hujan suatu ketika nanti

ya … suatu ketika nanti
saat kita menjelang dewaasa

Maret 2004

This page is powered by Blogger. Isn't yours?