<$BlogRSDURL$>

Sekilas perjalanan mengumpulkan kilau-kilau embun, dari padang-padang tandus, taman-taman kepedihan, rimba-rimba gelap,dan tinggi gunung harapan. Di mana jalan-jalan kususuri meretas belukar, menyibak onak duri, mengejar angin, merepih mimpi selalu ada kilau untuk di catat, di tafsirkan kembali, di beri arti. selamat membaca Titon Rahmawan

Tuesday, January 25, 2005

Menjelang Kematian Di Usia Muda
(tentang seorang penyair yang kesepian)

Usia merambat hingga penghujung entah. Menakik getah
yang paling perih. Kalbu membisik lirih mengusik pedih

Dan kau pun kehilangan kata-kata.
Di ujung lidahmu yang kelu.

Kuningan, Januari 2005


Setangkup Harap Yang Jadi Kesia-siaan
: Seorang Sahabat

Masih adakah kejujuran pada dirimu?
Wahai engkau penyair sekarat
Berbaring gelisah di atas bara hasrat

Mempertanyakan segala asa
dari semua harap yang lindap
di ujung-ujung penamu bergetar
oleh darah merah kesumba

Tak lagi kau temukan pengertian
Di atas lembaran-lembaran ganda
Sia-sia menanti pengharapan terakhir.

Kuningan, Januari 2005


aku bukanlah siapa-siapa
: Gusnoy

Kata-kataku telah jadi sebuah kematian
Ingatan yang berlalu bersama waktu

Dan dari semua pencapaian. Mungkin tak ada
yang sungguh-sungguh patut untuk di catat
selain sebuah kesadaran;
aku bukanlah siapa-siapa.

Kuningan, Januari 2005


Seekor Gagak Dengan Sayap Terluka
:Riesna Hapsari

Serentetan peristiwa telah jadi sublim
Membeku bersama waktu
Kesadaran yang akhirnya pulang
Kembali ke rumahnya yang baka

Tak ada tempat untuk sembunyi
Bagi jiwa yang kian terasing

Tidak juga bagiku;
Gagak dengan sayap terluka
lama pergi mencari
senyum dari bibir kekasih

tak kutemukan sesuatu pun di sana
kecuali seonggok tanah kuburan
yang telah lama mendingin

Kuningan 2005


Di mana Dapat Kutemukan Wajah Rembulan?
:kawan kecilku

Kuterakan saja tatapmu yang berbinar
pada angan-anganku, angin gemetar
merangkum merdu bunyi seloka
dari selaksa mimpi-mimpi tak pasti

Sementara…
Masih semburat di sini setangkup harap
dari bias-bias jemari malam
yang mengetuk kaca jendela

Dan senyum keragu-raguan
sebentar kemudian terpana
kembali menyisakan tanya
pada diriku:
“Di mana dapat kutemukan wajah rembulan
selain di wajah kecilmu, Nirmala?”

Kuningan, 2005


Memori Selepas Hujan

: smiley

Ada yang bertukar harap
Di pagi semendung ini

Langit tak menjanjikan apa-apa
Selain rintik-rintik hujan
Yang bening jernih
Menggertap dedaunan

Denting piano masih bergema
Di relung-relung sukma
Mengalunkan musik walsa
Dari symphony keabadian

Dan selewat hujan yang kepagian
Memoriku terus saja memutar
Mimpi-mimpiku semalam:

Di balik tumpukan buku-buku filsafat
Bayang tubuhmu telanjang
Menggigil kedinginan

Kuningan 2005


Tetapi
:Kepada Nanang

Akulah lelaki, rindumu. Kini
Terjerembab oleh pusaran waktu

Kita sama-sama terusir. Dari sorga yang hilang
Tenggelam di bawah lunas perahu Nuh.
Tak sempat menari atau menggumam keluh

Dan bibir yang berusaha
Mengeja kata-kata
Terbelenggu oleh kebekuan tetapi…

Kuningan 2005


Hasrat I

Tak kukira semua jadi begitu indah
Bila kata-kata tunduk
Pada hasrat kepenyairanku

Hasrat II

Kebebalan apa yang paling dungu
Selain diri seorang penyair
Yang tak mampu berkata-kata?

This page is powered by Blogger. Isn't yours?