Links
Archives
Sekilas perjalanan mengumpulkan kilau-kilau embun, dari padang-padang tandus, taman-taman kepedihan, rimba-rimba gelap,dan tinggi gunung harapan. Di mana jalan-jalan kususuri meretas belukar, menyibak onak duri, mengejar angin, merepih mimpi selalu ada kilau untuk di catat, di tafsirkan kembali, di beri arti. selamat membaca Titon Rahmawan
Tuesday, February 24, 2004
Swan River
desir angin
pada jendela yang
biru
menulis diriku
menitik cemas
dalam hela nafas
sungai rembulan
di luar sana
pedih mengalir
menulis diriku
tersesat kabut tipis
simpan rahasia
gerimis di atas kertas
dinding-dinding angin
berdenting muram
membuai senyap
pedih mengalir
lewat sungai rembulan
pepohonan resah
puncak-puncak resah
bergoyang gelisah
mengejar malam
kujatuhkan langkah
sepanjang lampu-lampu
trotoar dan kaca-kaca
toko
Barrack yang lengang…
orang mabuk
melempar gelak tawa
mengusik malam
kabut senyap
berhenti di depan Riverside
bangku-bangku kayu
termangu
menatap wajahku
perlahan tenggelam
ke dasar sungai
kelam kian kelam
Februari 2004
Janji Pk. 10.00 Pagi
Seperti pertemuan yang dulu
Menanti di persimpangan
Tempat aku berteduh
Di bawah lengkung alis matamu
Februari 2004
Berita Cuaca Di Koran Minggu
batang-batang terkoyak
kecongkakan musim
daun-daun rontok
merana
sihir hujan menggelayut awan
muram cuaca
mengalir ke hilir sungai
kelam kecoklatan
jiwa-jiwa itu tertolak
matanya yang bening
bergulir permata
cemar oleh keruhnya lumpur coklat
hasrat yang lembab
bau busuk bangkai anjing
mengambang
gemuruh air semakin rusuh
ditingkah bunyi guntur
memukul-mukul kesadaran
malam dingin menusuk
merasuk tubuh menggigil
menggigit bibir sendiri
membiru
doa mengalir senyap
ke dalam mimpi yang resah
Februari 2004
Bunga Bakung Di Tengah Kolam
Memandang lenggok bakung
Gemulai sendiri di tengah kolam
Cahya murni getarkan jiwa
Molek dalam genangan sunyi
Februari 2004
Penyaliban
langit tersungkur rebah
angin rusuh mendesah
tiang-tiang rubuh patah
hati ibu terbelah
mengucur darah
Rabu abu, 25 Feb 2004
desir angin
pada jendela yang
biru
menulis diriku
menitik cemas
dalam hela nafas
sungai rembulan
di luar sana
pedih mengalir
menulis diriku
tersesat kabut tipis
simpan rahasia
gerimis di atas kertas
dinding-dinding angin
berdenting muram
membuai senyap
pedih mengalir
lewat sungai rembulan
pepohonan resah
puncak-puncak resah
bergoyang gelisah
mengejar malam
kujatuhkan langkah
sepanjang lampu-lampu
trotoar dan kaca-kaca
toko
Barrack yang lengang…
orang mabuk
melempar gelak tawa
mengusik malam
kabut senyap
berhenti di depan Riverside
bangku-bangku kayu
termangu
menatap wajahku
perlahan tenggelam
ke dasar sungai
kelam kian kelam
Februari 2004
Janji Pk. 10.00 Pagi
Seperti pertemuan yang dulu
Menanti di persimpangan
Tempat aku berteduh
Di bawah lengkung alis matamu
Februari 2004
Berita Cuaca Di Koran Minggu
batang-batang terkoyak
kecongkakan musim
daun-daun rontok
merana
sihir hujan menggelayut awan
muram cuaca
mengalir ke hilir sungai
kelam kecoklatan
jiwa-jiwa itu tertolak
matanya yang bening
bergulir permata
cemar oleh keruhnya lumpur coklat
hasrat yang lembab
bau busuk bangkai anjing
mengambang
gemuruh air semakin rusuh
ditingkah bunyi guntur
memukul-mukul kesadaran
malam dingin menusuk
merasuk tubuh menggigil
menggigit bibir sendiri
membiru
doa mengalir senyap
ke dalam mimpi yang resah
Februari 2004
Bunga Bakung Di Tengah Kolam
Memandang lenggok bakung
Gemulai sendiri di tengah kolam
Cahya murni getarkan jiwa
Molek dalam genangan sunyi
Februari 2004
Penyaliban
langit tersungkur rebah
angin rusuh mendesah
tiang-tiang rubuh patah
hati ibu terbelah
mengucur darah
Rabu abu, 25 Feb 2004