<$BlogRSDURL$>

Sekilas perjalanan mengumpulkan kilau-kilau embun, dari padang-padang tandus, taman-taman kepedihan, rimba-rimba gelap,dan tinggi gunung harapan. Di mana jalan-jalan kususuri meretas belukar, menyibak onak duri, mengejar angin, merepih mimpi selalu ada kilau untuk di catat, di tafsirkan kembali, di beri arti. selamat membaca Titon Rahmawan

Monday, February 09, 2004

Cangkir Yang Patah Gagangnya
: Buat Kupu-Kupu Kuning

waktu bercerita padaku
tentang kebiasaanmu sehari-hari
selalu datang pagi-pagi sekali
ketika orang-orang masih lelap tertidur
sedang debu jalan sibuk mengintip ke dalam matamu
pikiran penuh simpang siur;
uang belanja harian, tagihan bayar listrik
dan obat si upik yang sakit
segala tetek-bengek yang memenuhi pikiran
tapi tak menemukan jalannya ke luar

merenung terus merenung
dalam tumpat padat laju kereta
penuh orang berangkat kerja
berdesakan anak-anak sekolah
dan ibu-ibu pergi belanja
telah pecahkan kesadaranmu
cangkir dalam nampan penuh berisi pesanan
tumpah teh dan kopi panas
terguling air putih dalam gelas
basah seluruh hasrat
pikiran cedera
tak juga kunjung sampai
menghitung hari-hari
dari sisa gaji dalam dompet berlubang

engkau tak sempat lagi menangis
tak kan pernah lagi


karena deru itu telah berhenti
saat siang datang menjelang
dan bayangmu tak muncul di pintu
hingga seseorang berkirim kabar
lewat telepon yang berdetak cepat
: Budi, office boy kita mati
jatuh dari kereta api


Kuningan, Februari 2004
Sebuah Potret Hitam Putih
Di Ruang Pertemuan Hotel Shangri-La


Abu-abu langit
kelam membayang
Kuncup teratai
resah bergoyang
Angin menyibak senyap telaga
Rumah Gadang terpaku di kejauhan

Di balik kabut dingin
tunduk batang kelapa
Pedih jauh terpendam
rahasia waktu paling dalam

Gemeretak ranting patah di dahan
masih tinggalkan desahnya
Gemercik air pecah di batu
masih sisakan dukanya

Termangu sendirian

Mata enggan menatap
sunyi luruh jadi gerimis
Hati enggan berucap
batin perih tajam teriris

Jiwa terguncang oleh perceraian ini
tersedu menuruni lereng gunungmu

Padang Room, Februari 2004

This page is powered by Blogger. Isn't yours?